Thursday 4 April 2013

Berfikir Merdeka?

Ini repost dari blognya Bang Chu-Diel yang ku kenal lewat bukunya yang menurutku menantang arus. Sekolah Dibubarkan Saja. Jadi, buat Bang Chu-Diel, saya minta ijin buat repost tulisannya. Soalnya, saya pikir, tulisan Bnag Chu-Diel ini menarik sekali. Menggali arti sebenarnya arti merdeka. Just read it!
“Kapankah Negara ini merdeka?” Tanya ibu buru kepada dina ketika dia masih kelas 4 SD
“17 Agustus 1945, diproklamirkan oleh Sukarno-Hatta” sambut dina dengan senyum sengbringah dan penuh percaya diri. hal itu tetap diyakininya hingga bertahun-tahun kemudian.
Merdeka yang dipikirkan dina waktu itu adalah ditandai dengan berkibarnya sang saka merah putih dan diusirnya penjajah dari negeri ini.
2 tahun kemudian, dina mulai berfikir ulang tentang kemerdekaan, tetapi semuanya hanya jauh di dalam hatnya.
“Ayah, dina ingin sekolah di SMP terbaik di kota ini, nilai dina kan bagus yah” pinta dina dengan memelas dan berurai air mata. Dia telah berjuang untuk mendapatkan nilai terbaik di sekolahnya dan dia berhasil. Semuanya dilakukannya untuk bisa sekolah di SMP terbaik dikotanya
“Itu tidak mungkin nak, ayah tidak bisa memenuhi keinginanmu. Sekolah disana sangat mahal, karena terlalu banyak biaya tambahan, les, beli buku dan ongkos harian….” terang ayah dina dengan wajah tertunduk dan malu karena tidak bisa memberikan yang terbaik untuk anak kesayangannya. Dian akhirnya SMP dipinggiran kota dengan biaya pinjaman dari saudara ayahnya.
Hari pertama sekolah, dina bingung. Harus mematuhi perintah senior ketika MOS untuk melakukan hal yang tidak masuk akal dengan alasan keakraban. Tapi dina merasa semakin tidak senang dengan kakak kelasnya.
Guru-guru juga lebih mengerikan. PR setiap hari sehingga waktunya berkurang untuk bermain bersama teman-teman di rumah. Mata pelajaran juga semakin banyak dan terasa semakin berat.
Ibunya juga semakin cerewet, wanti-wanti mengingatkan dina untuk tidak berteman dengan siapa saja. “bertemanlah dengan anak-anak baik dan jangan nakal dan ingat kamu anak perempuan!” begitulah petuah ibu setiap pagi ketika dina berangkat kesekolah. Tetapi mereka yang dianggap baik dinilai membosankan.
Mereka yang dianggap nakal terlihat lebih menarik. Mereka tidak suka belajar, lebih suka nongkrong di pangkalan ojek di depan gang sekolah, tawa mereka lepas. Tidak pernah memikirkan PR. Setiap kali guru bertanya, mereka sepertinya tidak perduli
Akhirnya dia putuskan untuk bergabung dengan mereka, Hanya sekali saja. Tapi celaka, dia terlihat oleh guru dan langsung dilaporkan ke ayah. Selesai sudah, satu sekolah rebut dan satu kampong gempar dengan berbagai isu yang sangat berlebihan dari kenyataannya tentang Dina...
Amarah ayah dan ibu menciutkan semua nyalinya.
Dia hanya diam, dan bertanya pada diri sendiri “apakah benar dia telah benar-benar merdeka?”
Padang, 25 Juli 2011
“Kemerdekaan yang sesunggungnya adalah kemerdekaan berfikir” 
Sumber : http://chu-diel.blogspot.com/2011/07/berfikir-merdeka.html
Dari tulisan di atas, kira-kira Anda sudah mendapatkan kemerdekaan yang sesungguhnya atau belum?
Saya pikir, belum.

No comments:

Post a Comment