Sunday 14 April 2013

UN Tahun ini, . . .

    Assalamu'alaikum semuanya! Lama tak jumpa dengan seluruh fans blog ane. He he, meski ane yakin nggak ada yang koment! (Ngarep banget!!)
     Pertama, kita akan flashback alias jalan mundur ke tahun-tahun sebelumnya. Ceritanya kita akan menjadi Time Traveller! Wuiiihhh! Hebat bener?! Tapi cuma dalam khayalan. Kalo ada Time Traveller beneran, udah pasti manusia masa depan bakal kembali ke masa lalu. Tahu nggak kenapa? Ya, jelas aja! KIAMAT gitu lho! Ha ha ha. Cukup humornya, sekarang kita melangkah ke persoalan serius. 
    
UN. Siapa yang nggak tahu program pemerintah yang satu ini. Program yang bisa membuat jutaan warga negeri Indonesia menangis darah (agak keterlaluan mungkin). Atau bahkan di beberapa kasus yang pernah ane dengar, sampai ada yang bunuh diri karena program ini. Jadinya memang nangis darah beneran. Nah, bicara masalah UN, sobay-sobati ini masih ingat dengan kasus SD N Gadel Surabaya tahun lalu? Pastinya masih ingat kan? Berita yang sempat membuat ane shock berat! Betapa enggak! (Kurang pas. Harusnya betapa tidak. Tetapi karena satu dan beberapa alasan yang kurang jelas, akhirnya ane ganti). Seorang anak usia SD (bayangin adik kita yang masih kecil imut-imut), dengan polosnya (kelas VI SD masak masih polos?) mengadukan perihal gurunya (bukan hal baru sekarang kalau murid mengadukan gurunya) yang menyuruh dia dan temen-temennya untuk mencurangi program pemerintah ini. Wah, bener-bener pidana berat, ya nggak? Enggak juga kali, secara banyak juga korupsi yang akibatnya juga sama-sama mencurangi pemerintah. He he.
     Ane kutipkan dari Kompasiana
"Akhirnya sampailah berita tersebut ke media massa yang mem-blow up berita tersebut. Pemerintah Kota Surabaya melakukan penelusuran atas kasus itu. Hasilnya, kepala sekolah dan dua guru di sekolah itu dicopot. Kisah selanjutnya sungguh menyesakkan dada. Para wali murid yang lain marah dan menganggap keluarga Ibu Siami sok jadi pahlawan dan membesar-besarkan masalah"
sumber : http://politik.kompasiana.com/2012/06/16/tragedi-sebuah-kejujuran-470087.html
   
Lihat kata-kata yang ane bold plus plus. Kata si empunya, melaporkan kecurangan UN itu membesar-besarkan masalah? Weleh-weleh! Tapi ini ane comot dari si empunya lho! Bener enggaknya kalo ada yang bilang membesar0besarkan masalah, ane nggak tanggung.
Lalu, kalau melaporkan kecurangan UN bisa disebut sebagai masalah kecil yang TIDAK PERLU DIBESAR-BESARKAN, apa masalah besar yang bisa kita laporkan pada Panitia UN? 
     Next, kutipan lagi dari sumber yang sama.
"Mereka mendatangi, mendemo, dan mengintimidasi keluarga Ibu Siami beberapa kali dan menuntut agar Ibu Siami meminta maaf dalam pertemuan terbuka di Balai RW. Pada pertemuan itu,warga tidak mau menerima permintaan maaf tersebut, malah mencaci maki, mencerca,dan berteriak-teriak mengusir keluarga Ibu Siami dari kampung tempat tinggalnya sendiri."
     Tambah asik aja nih ya? Udah disuruh minta maaf, tapi saat minta maaf malah dicaci, diusir pula. Weleh-weleh! Sebenernya, warga yang mencaci dan mengusir ini, apa termasuk pemberantas kejjujuran atau bagaimana? Ane nggak tahu deh! Ada istilah, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Kalo orang tuanya begini, bagaimana pula anak-anaknya?
     Selanjutnya, ane kutip masih dari sumber yang agak sama, Kompas,
"Saya dimarahi dan dimusuhi teman-teman di sekolah. Kata teman-teman, guru-guru jadi kena masalah gara-gara saya. Padahal, saya cuma bicara jujur. Kata ayah dan bunda, kita harus selalu jujur."
Demikian dikatakan Muhammad Abrary Pulungan (14) seusai pemutaran video dokumenter kolaborasi "Temani Aku Bunda" dan diskusi "UN untuk Apa?", Sabtu (6/4/2013) lalu, di XXI Epicentrum, Jakarta. Video dokumenter berdurasi 77 menit yang dibuat selama lebih dari satu tahun itu berkisah tentang pengalaman Abrar yang pernah melaporkan kecurangan ujian nasional (UN) di sekolahnya, SD Negeri 06 Petang, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, dua tahun lalu atau tepatnya Mei 2011.
sumber :
http://edukasi.kompas.com/read/2013/04/08/08492234/Para.Pengungkap.Kecurangan.UN.Itu.Kini.Berjuang.Sendiri 
     Memang benar kata orang sepuh, jaman saiki, wong jujur bakal ajur! Hadeh! Pusing mikirin nasib anak-anak yang jujur. Mungkin lebih baik jika kita semua saling membohongi ya? Jadi nggak ada yang bakalan marah. Tapi sepanda-pandai tupai melompat akan jatuh jua.
      Dari dua kisah Si Bolang Pembela Kejujuran di atas, ane bisa simpulkan ternyata pendidikan di negara kita masih kurang. Terutama dari segi agamanya. Coba kalo kita menjunjung tinggi ajaran Rasulullah saw. tentang kejujuran. Pasti UN nggak perlu sampai ada 20 paket seperti sekarang. Dengan adanya 20 paket soal UN ini, ane masih belum percaya bahwa kali ini akan dilaksanakan dengan kejujuran. Kata orang, panggah jek pinter malinge alias masih lebih pintar malingnya. Lalu menurut sobat-sobati semua, apa yang perlu dibenahi terlebih dahulu? Paket soal? Keamanan? Panitia? Atau apa?
    
Kalo menurut ane, lebih dulu kita benahi cara berfikir masyarakatnya. Maksudnya, banyak masyarakat kita yang berfikir sekolah adalah yang utama. Dengan sekolah, hidup sudah terjamin. Kerja udah pasti. Tapi, menurut ane, enggak. Banyak orang sukses tamatan SD. Banyak preman tamatan SMA. Dan banyak, sangat-sangat banyak KORUPTOR JEBOLAN PERGURUAN TINGGI TERNAMA. Dari sini, ane heran. Apakah di kampus mereka diajari langkah-langkah korupsi secara aman dan terkendali? Lalu ane tanya pada preman tamtan SMA. Apakah mereka di SMA diajari langkah cepat dan praktis menjadi preman? Terakhir ane tanya pada orang-orang sukses yang tamatan SD. Apakah mereka di SD diajari langkah aman menjadi orang sukses?
     Jawabannya, ane dan ente udah pada tahu semuanya. 
   Ane pernah baca buku Bang Chu-Diel (yang kemaren ane repost tulisan di blognya) yang judulnya Sekolah Dibubarkan Saja. Dari situ, ane banyak mendapatkan pelajaran yang berharga tentang kegunaan sekolah bagi masa depan kita dan anak cucu kita. Ternyata, menurut Bang Chu-Diel yang udah survei langsung ke TKP, sekolah di jaman sekarang lebih dijadikan ajang mencari proyek a.k.a penggalangan dana alias ajang bisnis. Tapi, nggak semua begitu meski banyak yang begitu. 
    Kejujuran. Kata yang ampuh. Ampuh sehingga bisa membuat orang mendapatkan pujian. Tapi ampuh juga buat bikin orang babak belur dan depresi menahun. He he. Memang. Kejujuran itu sulit seperti sabda Nabi, katakanlah yang benar walaupun itu pahit. Dan ane kasih hormat setinggi-tingginya buat kalian, anak-anak pemberani dan jujur. Semoga kalian selalu dalam lindungan Allah swt. dari orang-orang yang mengingkari kejujuran.
   Kembali ke masalah UN. Bagi sobat-sobati, udah siap buat UN besok belum nich? Saya yakin jawabannya siap. Terus, udah siap buat melaksanakan UN secara jujur belum? Kalo yang ini, ane agak ragu-ragu. 
     Oh iya. Dalam bukunya Bang Chu-Diel, ane pernah menemukan kata-kata yang kurang lebih seperti ini, "wacana-wacana seputar UN akan kembali tenggelam saat UN sudah selesai dan akan kembali muncul saat UN digelar". Jadi, istilah lainnya, wacana-wacana seputar kecurangan UN dan antek-anteknya hanyalah pemanis buatan kalo ane pikir. Hemph, UN, UN! Gue suka gaya loe, UN! Untuk menyambut kedatangan loe, gue harus nangis-nangis. Tapi setelah loe pulang, gue bersorak riang gembira. Good Job!
    
Terakhir, ane punya saran nih. Buat seluruhnya aja ya, entar kalo UN udah selesai, coba loe tanya ama diri loe sendiri, Ijazah gue halal nggak yah? Terus lamaran kerja gue? Terus uang hasil jerih payah gue?
Oke, thanks buat yang mau membaca curhat gue, eh ane. He he. Ane ucapin selamat menempuh hidup baru karena setelah UN, kalian akan menuju dunia yang sebenarnya. 
Wassalamu'alaikum semua!

Thursday 4 April 2013

Berfikir Merdeka?

Ini repost dari blognya Bang Chu-Diel yang ku kenal lewat bukunya yang menurutku menantang arus. Sekolah Dibubarkan Saja. Jadi, buat Bang Chu-Diel, saya minta ijin buat repost tulisannya. Soalnya, saya pikir, tulisan Bnag Chu-Diel ini menarik sekali. Menggali arti sebenarnya arti merdeka. Just read it!
“Kapankah Negara ini merdeka?” Tanya ibu buru kepada dina ketika dia masih kelas 4 SD
“17 Agustus 1945, diproklamirkan oleh Sukarno-Hatta” sambut dina dengan senyum sengbringah dan penuh percaya diri. hal itu tetap diyakininya hingga bertahun-tahun kemudian.
Merdeka yang dipikirkan dina waktu itu adalah ditandai dengan berkibarnya sang saka merah putih dan diusirnya penjajah dari negeri ini.
2 tahun kemudian, dina mulai berfikir ulang tentang kemerdekaan, tetapi semuanya hanya jauh di dalam hatnya.
“Ayah, dina ingin sekolah di SMP terbaik di kota ini, nilai dina kan bagus yah” pinta dina dengan memelas dan berurai air mata. Dia telah berjuang untuk mendapatkan nilai terbaik di sekolahnya dan dia berhasil. Semuanya dilakukannya untuk bisa sekolah di SMP terbaik dikotanya
“Itu tidak mungkin nak, ayah tidak bisa memenuhi keinginanmu. Sekolah disana sangat mahal, karena terlalu banyak biaya tambahan, les, beli buku dan ongkos harian….” terang ayah dina dengan wajah tertunduk dan malu karena tidak bisa memberikan yang terbaik untuk anak kesayangannya. Dian akhirnya SMP dipinggiran kota dengan biaya pinjaman dari saudara ayahnya.
Hari pertama sekolah, dina bingung. Harus mematuhi perintah senior ketika MOS untuk melakukan hal yang tidak masuk akal dengan alasan keakraban. Tapi dina merasa semakin tidak senang dengan kakak kelasnya.
Guru-guru juga lebih mengerikan. PR setiap hari sehingga waktunya berkurang untuk bermain bersama teman-teman di rumah. Mata pelajaran juga semakin banyak dan terasa semakin berat.
Ibunya juga semakin cerewet, wanti-wanti mengingatkan dina untuk tidak berteman dengan siapa saja. “bertemanlah dengan anak-anak baik dan jangan nakal dan ingat kamu anak perempuan!” begitulah petuah ibu setiap pagi ketika dina berangkat kesekolah. Tetapi mereka yang dianggap baik dinilai membosankan.
Mereka yang dianggap nakal terlihat lebih menarik. Mereka tidak suka belajar, lebih suka nongkrong di pangkalan ojek di depan gang sekolah, tawa mereka lepas. Tidak pernah memikirkan PR. Setiap kali guru bertanya, mereka sepertinya tidak perduli
Akhirnya dia putuskan untuk bergabung dengan mereka, Hanya sekali saja. Tapi celaka, dia terlihat oleh guru dan langsung dilaporkan ke ayah. Selesai sudah, satu sekolah rebut dan satu kampong gempar dengan berbagai isu yang sangat berlebihan dari kenyataannya tentang Dina...
Amarah ayah dan ibu menciutkan semua nyalinya.
Dia hanya diam, dan bertanya pada diri sendiri “apakah benar dia telah benar-benar merdeka?”
Padang, 25 Juli 2011
“Kemerdekaan yang sesunggungnya adalah kemerdekaan berfikir” 
Sumber : http://chu-diel.blogspot.com/2011/07/berfikir-merdeka.html
Dari tulisan di atas, kira-kira Anda sudah mendapatkan kemerdekaan yang sesungguhnya atau belum?
Saya pikir, belum.

Tuesday 2 April 2013

Kemana Setelah Lulus?


Tulisan ini lebih ditujukan kepada adik-adik yang sebentar lagi akan meninggalkan bangku sekolah SMA. Mungkin masa sekolah merupakan masa yang paling indah, apalagi masa-masa di SMA. Ini adalah saat-saat terakhir bagi semua siswa kelas XII mengenakan seragam SMA. Ujian Nasional bukanlah akhir perjuangan, tetapi awal untuk memulai hal baru. Nantinya tentu akan muncul pertanyaan “kemana setalah aku lulus SMA?”.Kuliah, kerja atau nikah?

Pertanyaan itulah yang selalu muncul di benak kebanyakan para pelajar yang telah lulus dari bangku SMA. Banyak dari mereka yang bingung akan kemana mereka setelah lulus SMA. Apakah akan melanjutkan kuliah di universitas, atau mau mencari pekerjaan, atau mau walimahan alias menikah?

Hidup adalah pilihan, mungkin sebagian dari kita akan menyadari dan merasakan hal itu, karena memang kita harus mampu dan berani menentukan satu dari sekian banyak pilihan dalam kehidupan ini, karena akan menjadi satu kesulitan bagi kita jika kita harus menjalani berbagai hal dalam satu kesempatan, menentukan skala prioritas dalam pilihan hidup mungkin itu sebuah tindakan yang bijaksana. Sebentar lagi akan diperolah hasil akhir dari sebuah perjuangan bagi rekan-rekan yang menempuh pendidikan menengah, yang pada akhirnya harus menentukan mesti kemana setelah lulus nanti.Tentunya ada beberapa jawaban dari pertanyaan tersebut, diantara: kuliah, kerja, nikah bahkan istirahat dulu (nganggur).

Jawaban ini tentu memiliki dasar atau landasan sendiri-sendiri tergantung bagaimana para siswa menyikapi dan menanggapinya. Saya akan mencoba memberikan gambaran bagaimana kita menyikapi atau menjawab pertanyaan tersebut. Ada beberapa pilihan yang dapat dilakukan, oleh mereka yang baru lulus SMA dan yang sederajat, pilihan itu antara lain adalah :
•    Kuliah
•    pesantren
•    Kerja
•    Nikah
•    Nganggur

Opsi-opsi di atas memiliki tingkat konsekuensi yang berbeda-beda yang tentunya diimbangi dengan sebuah pendewasaan berpikir dan kebijaksanaan bertindak dalam menentukan pilihan ini, karena pilihan-pilihan di atas juga memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda pula. Namun jika bicara ideal setelah lulus SMA sebenarnya hanya dua pilihan yaitu melanjutkan pendidikan atau kerja. Namun tidak sedikit pula yang setelah lulus sekolah menengah atas yang memutuskan untuk menikah. Dianggap sebuah pilihan yang sulit tidak juga, jika kita sudah memiliki tujuan dan arah dari kehidupan kita, sudah memiliki rencana-rencana matang dalam menjalani kehidupan ini.

Dari  pilihan yang ada tentunya menjadikan kita berpikir sebelum memutuskan mana yang akan kita lakukan, yang jelas keputusan untuk NIKAH, akan menjadi alternatif pilihan jika sudah mapan atau katakanlah bekerja dan lebih lengkap lagi sudah siap lahir dan bathin. Jadi kita harus memilih yang mana antara melanjutkan pendidikan atau Kerja. Hal ini akan tergantung dari banyak faktor karena-nya banyak indikator yang dipergunaka untuk menentukan mau melanjutkan pendidikan atau Kerja. Kuliah Sebagian besar lulusan SMA jika diberi pertanyaan “apakah kamu mau kuliah?”, maka hampir 90% akan menjawab pengen kuliah. Tetapi ada beberapa hal yag perlu dipertimbangkan jika ingin melanjutkan kuliah. Hal-hal tersebut antara lain:
•    Kamu ingin jadi apa? Andai kata saja pengen jadi pengacara ya berarti harus mengambil Fakultas Hukum, ingin jadi dokter ya ambil Fakultas Kedokteran, apa mau jadi guru ya ambil Fakultas Ilmu Keguruan dan Pendidikan. Dalam mengambil Jurusan atau Fakultas ini perlu mempertimbangkan minat dan cita-cita yang ingin dicapai. Semua tadi harus ditentukan terlebih dahulu, jangan sampai kita kuliah tidak mempunyai arah dan tujuan. Selain nantinya akan menyulitkan kita, tetapi juga hasil yang akan kita peroleh nanti tidak akan optimal.
•    Ukurlah kemampuan kita terlebih dahulu , jangan sampai kemampuan di bidang ilmu sosial malah mengambil jurusan di bidang ilmu alam. Ya jelas nantinya kita akan keteteran mengikuti perkulihan, alhasil waktu kuliah yang kita tempuh akan jadi lebih lama (tentunya biaya akan membengkak) selain itu hasilnya juga kurang maksimal.
•    Ukur kemampuan Finansial kita. Dengan kita mengetahui kemampuan financial orang tua kita tentunya nanti kita tidak akan mandek di tengah jalan. Selain itu dengan kemampuan finansial yang pas-pasan tentunya akan mendorong kita untuk lebih berprestasi dan agar nantinya kita mendapatkan bea siswa.

Jika kita memutuskan untuk Kuliah tentunya akan muncul beberapa pertanyaan sebagai berikut :
•    Mau Kuliah Dimana ?
•    Ambil Jurusan Apa ?
•    Menghabiskan Biaya Berapa ?
•    Menempuh Program Apa ?
•    Setelah Lulus Nanti Apakah Bisa Dapat Pekerjaan ?

Kita harus mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan baik dan bijaksana, satu hal jangan sampai jawaban tersebut kita dapatkan dari orang lain dan bukan dari diri kita sendiri, hal ini untuk menghindari ketidaksesuaian apa yang kita tempuh dibangku kuliah dengan minat dan bakat kita, maka jawaban tersebut harus datang dari diri kita sendiri. Dengan demikian minimal jika kita ingin kuliah harus bisa menentukan hal-hal berikut :
•    Pilihan Perguruan Tinggi dengan beberapa pilihan tentunya;
•    Jurusan yang akan kita pilih;
•    Estimasi biaya untuk kuliah;
•    Diploma atau Sarjana program yang akan kita ambil;
•    Informasi tingkat kebutuhan lapangan kerja pada 3 atau 4 tahun mendatang setelah kita lulus kuliah.

Jika lima hal diatas sudah kita selesaikan, maka melangkah untuk melanjutkan studi (KULIAH) tentunya dengan semangat dan motivasi yang kuat maka kuliah tidak sekedar ikut saran teman, mengikuti keinginan orang tua atau alasan lain-nya.


Pesantren
Opsi ini sengaja saya masukan sebagai bahan pertimbangan adik-adik yg akan lulus SMA. Sebab banyak lulusan-lulusan SMA yang notaben-nya adalah lembaga yang di naungi oleh yayasan/pesantren.  Dalam arti, selain sekolah di lembaga formal (SMA) juga merangkap sebagai santri/siswa non formal.
Banyak yang beranggapan bahwa pesantren adalah alternatif terakhir karna berbagai macam alasan, semisal hanya pendidikan tambahan, atau karna tidak di terima di lembaga-lembaga negri baru memilih pesantren sebagai tambatan akhir. Dengan kata lain "ah timbang nganggor nglanjotne ndek pondok ae".
Alasan-alasan yang perlu di pertimbangkan melanjutkan di pesantren antara lain sbb:
•    Melangkah menuju insan kamil
•    Mempertahankan agama
•    Mendalami ilmu-ilmu agama   
•    Menyelesaikan kurikulum madrasah

Di sini tidak menjanjikan bahwa pesantren akan menjamin 100% keberhasilan siswa/santri baik urusan Dunia maupun Akhirat, tergantung bagaimana proses individu menyikapi dunia pesantren. Dengan masuk di pesantren paling tidak meminimalisir prilaku menyimpang dari norma-norma  kebenaran begitu pula maksiat.
Jika di kaitkan antara dunia pendidikan dengan dunia pekerjaan sebenarnya tidak ada kaitanya sama sekali. sedangkan tujuan umum pendidikan pesantren bukan hanya mencetak karakter pribadi dan akhlaq saja. melainkan juga mencetak para kader yang tujuanya tidak lain hanya berprioritas menjadi  insan kamil. Dan miniatur nyatanya adalah Rosullulah SAW.


Kerja

Biasanya banyak juga sebagian dari siswa-siswi lulusan SMA ingin langsung bekerja. Tentunya bagi lulusan SMA harus mempunyai skill dan kemampuan lebih. Hal ini berbeda dengan mereka yang lulusan SMK, sebab lulusan SMK memang dipersiapkan dan dilatih untuk langsung terjun di dunia kerja. Secara kasat mata lulusan SMA akan kalah bersaing dengan lulusan SMK jika langsung terjun didunia kerja. Sebagai solusi untuk mengasah dan melatih skill untuk menghadapi dunia kerja maka kita perlu mempersiapkan diri dengan belajar dilembaga-lembaga keahlian paling tidak selama satu tahun.Jika kita memilih untuk bekerja, sudah barang tentu kita harus menyiapkan diri untuk mampu bersaing dengan kompetitor-kompetitor lainnya dalam lapangan pekerjaan, hal yang paling penting di negeri ini dalam mencari pekerjaan adalah :
•    Kita harus memiliki skill lebih dibandingkan kompetitor lainnya;
•    Kita harus memiliki motivasi yang kuat untuk bekerja;
•    Kita harus siap untuk berkompetisi setelah diterima kerja nanti;
•    Kita harus menentukan target pribadi dalam waktu 5 tahun mendatang tentang pekerjaan kita;
•    Kita harus menentukan bekerja pada orang lain (karyawan) atau menciptakan lapangan kerja sendiri (usaha mandiri).

Karena jangan sampai kita kerja hanya dengan alasan dari pada menganggur, karena jika memutuskan bekerja karena alasan tersebut, sudah dapat dipastikan kita tidak memiliki motivasi kerja dan tidak memiliki target bagaimana kehidupan kita kelak. Dan tentunya bersiap-lah untuk terus menjadi orang yang sulit untuk berkembang dan mengembangkan diri.

Nikah

Hemm Syikasyik,!!
Kayaknya yang sering EsEmEs-an kena deh... Tapi gak usah khawatir, wajar kok>> he''..
Ini solusi bagi yang sudah kebelet, tapi diharapkan sebelum memutuskan menikah setelah lulus SMA adalah pikirkan secara matang-matang terlebih dahulu dan ada beberap hal yang harus diperhatikan, karena menikah tidak hanya memandang dan merasakan nikmat-nya saja, akan tetapi banyak hal yang harus kita kondisikan sejak awal, karena menikah itu kita harus :
•    Siap lahir dan batin;
•    Siap untuk menafkahi dan dinafkahi;
•    Siap untuk menjadi orang tua;
•    Siap untuk melepas masa-masa kebebasan;
•    Siap untuk bertanggungjawab atas semua langkah dan perbuatan kita.

setuju gak terkait bab Nikah...??
penulis eS-Te alias Sok Tau..!


Nganggur

Ini sebenarnya bukanlah pilihan, karena nantinya kita dapat menjadi beban kedua orang tua kita. Tetapi jika memang kepepet sampai nganggur ya mau bilang apa lagi. Saran saya selama masih nganggur ikutlah kegiatan-kegiatan yang positif dan menghasilkan, siapa tau malah nantinya dapat berwiraswasta.

Sebagai penutup, hal di atas hanyalah sebuah gambaran sederhana yang tidak terlepas dari tingkat pemahaman dan landasan berpikir setiap individu, dan pilihan akan tetap pada pribadi kita masing-masing, semoga sedikit tulisan ini mampu memberikan sebuah gambaran dalam wacana berpikir kita. Dan silakan anda untuk memilih mana yang terbaik bagi kehidupan kita kedepan. Demikian sedikit gambaran, semoga dapat bermanfaat.
*Penulis : Rofiq Anwar, Lulusan SMA Islam Sunan Gunung Jati Ngunut Tulungagung. Sekarang kuliah di STAI Diponegoro Tulungagung