“Kapankah Negara ini merdeka?” Tanya ibu buru kepada dina ketika dia masih kelas 4 SD
“17
Agustus 1945, diproklamirkan oleh Sukarno-Hatta” sambut dina dengan
senyum sengbringah dan penuh percaya diri. hal itu tetap diyakininya
hingga bertahun-tahun kemudian.
Merdeka yang
dipikirkan dina waktu itu adalah ditandai dengan berkibarnya sang saka
merah putih dan diusirnya penjajah dari negeri ini.
2 tahun kemudian, dina mulai berfikir ulang tentang kemerdekaan, tetapi semuanya hanya jauh di dalam hatnya.
“Ayah,
dina ingin sekolah di SMP terbaik di kota ini, nilai dina kan bagus
yah” pinta dina dengan memelas dan berurai air mata. Dia telah berjuang
untuk mendapatkan nilai terbaik di sekolahnya dan dia berhasil. Semuanya
dilakukannya untuk bisa sekolah di SMP terbaik dikotanya
“Itu
tidak mungkin nak, ayah tidak bisa memenuhi keinginanmu. Sekolah disana
sangat mahal, karena terlalu banyak biaya tambahan, les, beli buku dan
ongkos harian….” terang ayah dina dengan wajah tertunduk dan malu karena
tidak bisa memberikan yang terbaik untuk anak kesayangannya. Dian
akhirnya SMP dipinggiran kota dengan biaya pinjaman dari saudara
ayahnya.
Hari pertama sekolah, dina bingung.
Harus mematuhi perintah senior ketika MOS untuk melakukan hal yang tidak
masuk akal dengan alasan keakraban. Tapi dina merasa semakin tidak
senang dengan kakak kelasnya.
Guru-guru juga
lebih mengerikan. PR setiap hari sehingga waktunya berkurang untuk
bermain bersama teman-teman di rumah. Mata pelajaran juga semakin banyak
dan terasa semakin berat.
Ibunya juga
semakin cerewet, wanti-wanti mengingatkan dina untuk tidak berteman
dengan siapa saja. “bertemanlah dengan anak-anak baik dan jangan nakal
dan ingat kamu anak perempuan!” begitulah petuah ibu setiap pagi ketika
dina berangkat kesekolah. Tetapi mereka yang dianggap baik dinilai
membosankan.
Mereka yang dianggap nakal
terlihat lebih menarik. Mereka tidak suka belajar, lebih suka nongkrong
di pangkalan ojek di depan gang sekolah, tawa mereka lepas. Tidak pernah
memikirkan PR. Setiap kali guru bertanya, mereka sepertinya tidak
perduli
Akhirnya dia putuskan untuk bergabung dengan mereka, Hanya sekali saja. Tapi
celaka, dia terlihat oleh guru dan langsung dilaporkan ke ayah. Selesai
sudah, satu sekolah rebut dan satu kampong gempar dengan berbagai isu
yang sangat berlebihan dari kenyataannya tentang Dina...
Amarah ayah dan ibu menciutkan semua nyalinya.
Dia hanya diam, dan bertanya pada diri sendiri “apakah benar dia telah benar-benar merdeka?”
Padang, 25 Juli 2011
“Kemerdekaan yang sesunggungnya adalah kemerdekaan berfikir”
Sumber : http://chu-diel.blogspot.com/2011/07/berfikir-merdeka.html
Dari tulisan di atas, kira-kira Anda sudah mendapatkan kemerdekaan yang sesungguhnya atau belum?
Saya pikir, belum.
No comments:
Post a Comment