Tuesday 1 January 2013

Tahun Baru Itu HARAM!

. . .
How can we fake this anymore (anymore)
Turn our backs away and choose to just ignore (choose to just ignore)
. . .
Lagu No Reason-nya Sum41 mengalun pelan di telinganya. Teringat malam tujuh tahun yang lalu. Saat masih bersama sahabat-sahabatnya. Saat malam seperti tadi malam, Perayaan Tahun Baru, dia dan mereka duduk bersama. Membuat lingkaran di bawah cahaya kerlap-kerlip kembang api. Dan apalagi yang mereka bicarakan kalau bukan mengomentarinya, Perayaan Tahun Baru.
“ Kalo kita lihat dasarnya dalam islam, sudah pasti nggak ada. Soalnya tahun masehi kan masehinya agama lain”, kata Alex.
“Iya, bahkan . . .  “, Ridho berusaha menimpali meski mulutnya penuh dengan makanan. “ Menurut di Wikipedia, Kalender Masehi itu diambil dari kalender Bangsa Romawi yaitu Kalender Julian dalam kurung YANG TIDAK AKURAT!!!”
“Kalo dalam bahasa inggris, kalender Masehi ini bisa disebut AD atau Anno Domini yang berarti Tahun Tuhan Kita atau juga BC singkatan dari Before Christ yang berarti sebelum kelahiran Kristus. Nah, dari situ udah jelas, ini adalah tahunnya agama lain. Kalo kita ikut-ikut merayakannya berarti, . . . “ kata Tsalits yang dengan sengaja tidak meneruskan kalimatnya. Dan semuanya, ketiga orang itu, mengangguk. Kecuali seorang yang dari awal pembicaraan diam mendengarkan.
“Tapi, . . . ,” kata remaja yang dari tadi hanya mendengarkan. “Tetap perlu batasan”.
Ketiga kawannya terdiam sejenak. 
“Maksudnya?”, tanya ketiganya hampir bersamaan.
“ Yah dalam hal arti kata ‘merayakan’ itu yang perlu dibatasi. Apakah dengan libur itu bisa diartikan ikut merayakan atau dengan ikut melihat kembang api juga bisa disebut merayakan?”, jelas remaja kita tadi.
“Mmm, . . . “, Ridho menggumam. Keningnya berkerut. Begitu juga kedua temannya.
Pikiran empat sekawan itu sekarang membumbung tinggi keawan. Mencoba melerai masalah dengan kerlipan cahaya kembang api. Mencoba mencari jalan terbaik dari perayaan yang mungkin bagi sebagian besar orang Indonesia adalah masalah sepele. Tak perlu dibesar¬-besarkan.
Memang, Perayaan Tahun Baru adalah sebuah adat jika tidak bisa dibilang ritual yang mesti ada di setiap Negara. Meski tak ada dasar, bagi kita umat islam, untuk ikut merayakannya tetapi masih banyak juga yang ternyata menganggap perayaan ini sebagai sesuatu yang diikuti bahkan wajib bagi sebagian yang lain. Bahkan, ada yang menggunakan awal tahun baru Masehi sebagai pelepasan keperawanan! Astaghfirullah! Dan jawaban akhir adalah nafsi-nafsi atau kembali kepada diri sendiri. Mau ikut syari’at islam atau kebudayaan yang jelas-jelas bukan adat islami. Hemph, dilemma lagi! Begitu pikirnya.
Tujuh tahun lalu. Tepat tujuh tahun lalu. Mereka, kawan-kawannya, adalah sekumpulan remaja kritis dan terkadang imajinatif. Dan itulah yang membuatnya betah tinggal di tempat itu. Selama tujuh tahun, dia dan mereka, menimba ilmu di sana. Di tempat yang dikatakan teman-temannya adalah penjara suci. Penjara, karena mereka harus berusaha mengekang hawa nafsu. Dan suci, karena mereka di sana di bawah asuhan orang-orang suci.
Matanya yang tadi menatap langit kini terpejam. Seolah ingin merasakan hawa yang selalu membuatnya rindu untuk kembali ke tempat dulu dia berada. Tapi riuhnya suara kendaraan di sini, di kota besar ini, membuat konsentrasinya buyar.
Ditariknya nafas yang panjang beberapa kali. Dia pernah membaca bahwa menarik nafas panjang beberapa kali bisa membuatnya sedikit rileks.
‘Saatnya menghadapi masa depan dengan melihat masa lalu sebagai latihan’, katanya dalam hati.

No comments:

Post a Comment