Monday 17 August 2015

Pasrah


Mulyadi masih menunggu. Matanya tak berkedip demi mendengar sepatah dua patah kata dari Kang Item. Konsultasi, itu yang sedang dilakukannya.
Fuuuuh! Kang Item mengepulkan asap rokok perlahan. Kang Item bukannya nggak mau menjawab. Dia bisa langsung menjawab, tapi dia ingin jawabannya sebisa mungkin membuat Mul paham.
“Be ....”
“Assalamualaikum!”
Belum sempat Kang Item menjawab, Kang Ijo menyapa.
“Waalaikumussalam” jawab Kang Item dan Mul.
“Wah, kopi Kang?” tangan Kang Ijo langsung menyambar cangkir putih dan menyeruputnya. “Mantep, Kang”
“Ya manteplah, lha wong gratis” ujar Kang Item disambut cengenges Kang Ijo.
“Kang ....” kata Mul lirih sambil menengok ke arah Kang Item.
“Oh, ya. Jadi begini, Mul. Memang ....”
“Ngomongin apa, Kang?”
“Haish! Jangan menyela orang yang sedang berbicara, Jo! Nggak sopan”
Kang Ijo langsung menutup mulutnya dengan tangan.
“Begini, Mul. Memang semua sudah digariskan. Tapi coba kita lihat di Al Qur’an. Ternyata ada lho perintah untuk makan dan minum. Nah?”
“Maksudnya, Kang?” tanya Mula masih belum paham.
“Kamu kan tadi nanyanya begini, kenapa kok saya merasa nggak punya tujuan hidup? Seakan semua mengalir saja. Ketika saya jawab bahwa kamu harus bermimpi, mempunyai cita-cita, mempunyai rencana masa depan dan sebagainya. Kamu menjawab bahwa semuanya pasti kalah dengan kehendak Allah. Nah, kalau di Al Qur’an saja Allah memerintahkan kita untuk sekedar makan, maka bagaimana dengan yang lainnya? Yang lebih besar urusannya?”
Kang Ijo mengacungkan tangan. “Ya, Jo. Mau ngomong apa?”
“Kalau boleh saya jelaskan lagi, ternyata untuk urusan remeh sekelas makan minum saja kita diperintahkan, apalagi untuk urusan mencari kerja, mempunyai mimpi, mempunyai rencana, mempunyai istri mempunyai rumah dan segala hal yang besar porsinya. Begitu ya, Kang?”
Kang Item mengangguk setuju dengan kesimpulan Kang Ijo.
“Bagaimana, Mul?”
Mulyadi mengangguk perlahan. Lalu mesem sendiri. Kang Ijo yang heran bertanya, “Kenapa, Mul?”
“Enggak, Kang. Ternyata saya sudah salah besar selama ini. Saya masih kurang jeli untuk bisa melihat masalah saya dari sudut lain”
“Maksudnya?” Kang Ijo nggak tahu maksud perkataan Mul.
“Saya kepikiran begini tadi. Kalau memang menurut saya hidup selalu kalah dengan kehendak Allah, kenapa saya nggak memasrahkan makan minum saya kepada-Nya? Bukannya itu maksud dari Kang Item tadi?” Mulyadi menoleh pada Kang Item.
“Wah, saya malah nggak kepikiran kesitu, Mul” Mulyadi dan Kang Ijo terkejut. Lalu disambut tawa ketiganya.
Tulungagung, 06.35, 11 April 2015

No comments:

Post a Comment