Monday 17 August 2015

Setan Lebih Bertauhid?


“Kang, tadi malam, Kyai ceramah tentang apa?” tanya Kang Ijo di tengah waktu istirahat dari tugas bersih-bersih sekolah.
“Tentang tauhid, Jo. Lha kamu tadi malam kemana kok nggak kelihatan?”
“He he. Saya ketiduran, Kang. Jadi, boleh dong kalau ....”
“Ya, ya. Tadi malam Kyai membicarakan kesalahan tentang penafsiran ketauhidan setan pada Allah yang saat ini banyak digunakan orang-orang ‘luar’ untuk menyindir ketauhidan manusia”
“Ha?! Setan bertauhid? Nggak salah, Kang?”
“Ya itu makanya Kyai membetulkannya. Gini, Jo. Ada orang-orang yang menafsirkan kisah perintah sujud kepada Nabi Adam dengan penafsiran yang salah. Ketika setan membangkang untuk menurut perintah sujud pada Nabi Adam, mereka menafsirkan bahwa setan itu membangkang karena tidak mau menduakan Allah. Mereka mengira bahwa dengan perintah sujud itu sama artinya syirik terhadap Allah”
Sejenak Kang Ijo mencerna keterangan Kang Item. “Kalau dipikir-pikir bisa juga benar kalau ternyata setan lebih bertauhid”
“Nah, kan? Hati-hati, Jo”
“Lha, kalau dipikir kan memang begitu, Kang”
“Jadi kamu mau mengatakan kalau malaikat sudah syirik dengan menuruti perintah Allah untuk bersujud pada Nabi Adam?”
“Wah, iya juga, Kang. Lha terus bagaimana dengan penjelasan Kyai?”
“Setan tidak bertauhid”
“Alasannya?”
“Karena saat itu sesungguhnya setan sedang menduakan Allah”
“Loh?”
“Karena mereka memilih ego mereka daripada Allah”
Kang Ijo kembali diam memikirkan jawaban Kang Item. “Masya Allah. Sampai segitu halusnya ya, Kang?”
Kang Item mengangguk mantap. “Masalah tauhid tidak bisa dianggap remeh, Jo. Karena dalam perkataan dan perbuatan kita, syirik yang halus sekalai bisa masuk dan merusak iman kita perlahan”
“Owh, karena itulah kita disuruh bersyahadat sebelum melakukan sholat?”
“Iya, Jo. Dan Kyai menambahkan, bahwa dari kisah sujud tadi kita bisa mengambil hikmah”
“Apa itu, Kang?”
“Kadang Allah menyuruh kita untuk melakukan hal yang tidak bisa dicerna bukan saja oleh akal tapi kadang hati ini juga tidak bisa mengerti akan perintah-Nya. Tetapi kita tetap harus berhusnudzon bahwa apapun yang diperintahkan-Nya adalah baik dan tak mungkin Allah menjerumuskan kita”
“Itu maksud dari bahwa semua takdir itu baik, Kang?”
“Ya, Jo. Tapi ingat, Allah tidak terikat aturan kewajiban untuk berbuat baik pada kita seperti kisah khilafnya Syekh Hasan Al-Asy’ari dengan gurunya sehingga menjadi dasar munculnya Ahlussunnah wal jamaah”
“Alhamdulillah” ucap Kang Ijo.
“Alhamdulillah” susul Kang Item.
Tulungagung, 07.41, 24 Mei 2015

No comments:

Post a Comment