Monday 17 August 2015

Tukang Parkir


Kang Item sedang duduk merokok di bawah pohon asem. Dia sedang galau memikirkan dirinya sendiri. Perannya di masyarakat akhir-akhir ini mulai meningkat. Dari jadi muadzin, lalu imam sholat, imam jamaah yasin, dan beberapa hari kemarin dia ‘disowani’ beberapa orang yang meminta nasehat. Kang Item begitu asyik berpikir sampai-sampai Kang Ijo yang datang tak dihiraukannya.
“Assalamualaikum, Kang” sapa Kang Ijo pelan takut mengganggu konsentrasi seniornya.
“Waalaikumussalam” jawab Kang Item masih tak bergeming dari raut muka sebelumnya. Benar-benar terlalu mendramatisir keadaan sepertinya Kang Item ini. Kang Ijo demi melihat ekspresi Kang Item, dia diam. Hanya duduk menemani Kang Item sembari berdzikir.
“Alhamdulillah” ujar Kang Item tiba-tiba.
“Alhamdulillah” Kang Ijo ikut-ikutan berucap hamdalah. “Kenapa, Kang?”
“ini lho, Jo. Saya baru dapat ilmu lagi”
“Alhamdulillah, boleh dibagi, Kang” kata Kang Ijo penuh harap.
“Bisa bahkan harus”
“Alhamdulillah, monggo, Kang”
“Begini, Jo. Menjadi imam itu ternyata nggak jauh beda dengan menjadi tukang parkir”
“Loh?”
“Bentar, Jo. Masih bersambung”
“Owh, iya. Monggo dilanjutkan”
“Tukang parkir itu lusuh, pakaiannya seragam, bawaanya sempritan buat mengatur mobil parkir. Sedang yang diparkirkan itu pasti orang kaya, bajunya mentereng, mobilnya mewah. Itu gambarannya imam yang selalu merendah di hadapan para makmum. Hanya berkalung tasbih biar selalu ingat siapa yang memberi tasbih. Sedang makmum itu selalu ‘terlihat’ kaya, punya segalanya tapi nyatanya miskin petunjuk makanya mereka mencari imam biar dapat petunjuk”
“Tapi bukan petunjuk togel tho, Kang?” canda kang Ijo.
“Ya, bukanlah. Ngawur kamu”
“He he. Monggo dilanjutkan lagi”
“Dan jadi imam itu jangan lupa seragamnya”
“Apa itu, Kang?”
“Seragam itu mesti sama, jadi antar imam mushola sini dan mushola lainnya, haruslah sama dasarnya. Meskipun nanti selalu berbeda dalam penjabarannya”
“Ooo ....”
“Terus konsekuensinya. Jadi imam alias tukang parkir itu mesti menanggung kerugian dari makmum yang melaksanakan dawuhnya imam yang salah. Tukang parkir mesti mengganti rugi kalau sampai mobil yang diparkir sampai lecet padahal sudah mengikuti instruksi dengan benar”
“Kesimpulannya?”
“Kesimpulannya, jadi imam, entah itu imam mushola, imam organisasi, imam partai, bahkan imam negeri ini, jangan bangga kalau merasa jadi orang berpangkat. Pangkat kita nggak jauh beda dengan tukang parkir. Harusnya kita yang berpakaian seadanya, makan seadanya, bukannya malah makmum kita yang harusnya begitu”
“Alhamdulillah” ucap Kang Ijo.
“Alhamdulillah” tambah Kang Item.
“Sepertinya ada yang kurang, Kang?”
“Apa, Jo?”
“Alah emboh, Kang! Wahaha ....” kata Kang Ijo yang disambut tawa renyah Kang Item di bawah pohon asem.
Tulungagung, 09.05, 20 Mei 2015

No comments:

Post a Comment